“Menjadi fotografer adalah pilihan saya, tetapi
tidak ada sesuatu yang sia-sia didalam hidup ini”
Wahyu
Aurora, berusia 24 tahun, berprofesi sebagai fotografer di Colorful Photography
tepatnya di Jl.Solo depan XXI . Ia sudah bekerja disana kurang lebih setahun
yang lalu. Walaupun belum lama menjalani profesinya, ia sudah berpengalaman
dibidang fotografi. Ditempatnya bekerja kemarin, ia menjelaskan awal mula
ketertarikannya terhadap fotografi. Sebelumnya saya tidak menyangka bahwa
laki-laki berkacamata ini adalah lulusan teknik kimia 2006 UPN Veteran
Yogyakarta, karena saya pikir sangat melenceng jauh dari profesinya sekarang
ini yaitu sebagai fotografer. Belajar fotografi saat masih kuliah. “Awalnya
hanya sekedar hobby” kata sulung dari dua bersaudara ini “dan saya menemukan
dunia lain di fotografi” tambahnya kemudian. Langkahnya menjadi fotografer
sempat ditentang oleh orangtuanya yang menginginkan ia bekerja sebagai pegawai
kantoran. Namun tekad kuat dan usaha yang membawanya sukses mencapai apa yang
ia inginkan “karena bekerja itu sesuai keinginan”. Namun ia mengatakan bahwa
ilmunya selama kuliah tidak pernah sia-sia.
“Spesialis saya lebih ke fashion-modeling”
ungkapnya. Awalnya ia memang lebih banyak memotret landscape. Landscape
dinilainya lebih mudah karena semuanya serba natural dan ia berkata “dulu saya cenderung
malu-malu untuk berkomunikasi dengan klien dan model, jadi memilih landscape”. Sekarang tidak lagi, ia
lebih menyukai fashion “saya menyukai
foto yang ada maknanya, kalau konsep dan pesiapannya matang, hasilnya bakal
keren”.
Kamera yang dimiliki pertama kali? “Nikon”. Ia banyak
belajar dari temannya yang merupakan anggota Rey digital yang juga hobby
memotret. Setelah memiliki kamera sendiri ia menjadi lebih terpacu untuk
memotret, “masa kamera mahal motretnya gitu-gitu aja”. Setahun menjadi
fotografer dirasanya “cukup menyenangkan” walaupun ia mengungkapkan bahwa
awal-awal bekerja ia harus pintar membagi waktu antara bimbingan dan kerja,
namun semuanya berjalan lancar. Suka duka menjadi fotografer? “banyak sukanya,
banyak teman, lebih komunikatif, banyak pengetahuan sedangkan dukanya mungkin
polemik dengan orang tua, tetapi tergantung bagaimana kita meyakinkan orangtua
untuk tetap mendukung”.
Menurutnya
ada fotografer yang tidak mau berbagi ilmu dengan orang lain karena dianggap sebagai
pesaingnya, namun baginya tidak semakin banyak berbagi ilmu dan bermanfaat bagi
orang lain, itu juga akan menambah ilmu baginya. Keuntungan menjadi fotografer
baginya adalah “saya bisa traveling, sampai bisa ketemu sama Darwis Triadi, Cristupa
Saragih”.
“Materi
itu bukan yang utama, bagi seorang fotografer kalau hasil foto-fotonya bagus
sudah puas”. Fotografi itu mudah menurutnya. “Foto itu tidak ada yang jelek,
penilaian setiap orang juga berbeda-beda, mungkin saja bagus secara teknik tapi
jelek secara seni dan sebaliknya”
Selama
masih belajar foto, ia memanfaatkan informasi-informasi dari internet, membaca
majalah, sesekali mengikuti kelas di KPY (Kelas Pagi Yogyakarta) dan sharing
dengan anggota-anggota komunitas fotografi (Ray digital, Cah motret) sehingga
mendapat banyak ilmu.
Ia
percaya bahwa orang sukses karena dua bidadari yaitu restu orang tua dan restu
pasangan. Apabila semuanya sudah didapat maka akan lebih sukses lagi. “Selama
saya masih kuat berdiri saya akan tetap memotret”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar